Jumat, 01 Februari 2008

Saat perjalanan menuju Kintamani, sudah terbayangkan dibenakku akan indahnya pemandangan alami dengan background gunung Batur yang sangat menawan. Jam menunjukkan pukul 13.00 WITA, untung kabut belum mulai turun sehingga anugerah alami ini dapat dinikmati dengan sempurna.

Sebenarnya kemarin kita sudah dapat menikmati suasana ini, tapi acara ke kintamani kita tunda karena saran dari seorang penduduk setempat yang mengatakan bahwa the best time to enjoy kintamani’s at the evening.

Seorang penduduk yang kita kenal disebuah traffic light tidak jauh dari denpasar, sebut saja namanya “ wayan” (nama samaran). Lelaki berumur 40an ini, memakai jaket berwarna hitam dengan celana panjangnya yang agak sedikit lusuh, dia memakai sepatu berwarna coklat. Saat kita bertanya tentang arah ke kintamani, pria ini dengan penuh semangat memberi petunjuk kepada kita. Dalam hatiku berkata memang semua masyarakat pulau dewata ini sangat ramah, inilah salah satu nilai jual bali. Dia menyarankan sebuah peta wisata yang menarik, sebaiknya kita menuju ke celuk dulu dan singgah ke “saudara” penghasil perak bapak wayan ini. Aku dan keluarga menurutinya, tanpa berpikir panjang. Sesampainya di celuk kita berbelanja kerajinan perak khas desa ini, yang memang bagus dengan harga yang relative agak mahal (mesti pandai menawar, paling tidak 10% dari price list adalah harga yang wajar), kemudian kita diantarkan ke pengrajin kayu yang lokasinya hanya berjarak 10 menit saja, karena tidak ada yang sreg dengan kerajinan itu, kita pulang tanpa bungkusan. Akhirnya pak wayan ini berpamitan untuk pulang karena arah rumahnya sudah tidak sejalan dengan rute kita berikutnya. Karena perubahan schedule maka kita putuskan untuk mampir ke sukawati, namanya juga orang Indonesia kalau bepergian tanpa belanja oleh-oleh buat orang-orang yang dikenal, kog rasanya kurang afdol. Dua jam pun berjalan dengan cepatnya, sampai perut terasa perih karena menahan lapar.

Keesokan harinya kita melanjutkan travel journey yang kemarin tertunda, sesampainya ditempat tujuan terasa udara yang segar dan dingin menyejukkan raga, sangat kontras dengan udara ibukota negara ini. Saat itu aku tersadar bahwa jam 12 siang adalah waktu yang pas untuk berkunjung di kintamani, karena setelah lewat pukul 2 kabut mulai turun dan pemandangan alam yang sangat indah itu tidak tampak oleh mata. Info dari bapak wayan ternyata menyesatkan, untung kita tidak datang di sore hari. Sejenak kuberpikir apakah sebuah ramah tamah jaman sekarang mesti ada maksudnya, help people and hope something in return ...hmmm i don’t think so.. tergantung orangnya kali ya.

Tidak ada komentar:

Space of Mine

This is just a little part of my world, this can be my favo song, clips, thoughts, poem, stories, site and anything that i would love to share with all of you.